Pages

Labels

Bydraers

Aangedryf deur Blogger.

Donderdag 16 Mei 2013

Interpersonal Skill

KETERAMPILAN HUBUNGAN ANTARPRIBADI (Interpersonal Skill) Oleh : Drs. Agus Mulyadi, M.Pd. I. Tujuan Setelah mendapatkan pembekalan ini, peserta mampu: Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal. Terampil dalam membangun hubungan interpersonal dengan staf, kolega, siswa,dan masyarakat II. Uraian Materi Keterampilan seorang pemimpin dalam membangun hubungan antarpribadi yang efektif dengan staf dan atau pihak lain, merupakan salah satu kunci penting keberhasilan proses kepemimpinan, terlebih lagi dalam konsep pendidikan orang dewasa dan dalam dunia pendidikan secara umum. Persoalannya, upaya membangun hubungan ini bukanlah pekerjaann yang mudah, karena yang dihadapi adalah individu dengan segala karakteristik dan kedinamisannya, serta faktor sikap dan kebiasaan yang telah terbangun cukup lama. Berbeda halnya jika yang dihadapi sebuah benda mati, tingkat kekeliruan orang mempersepsi benda tersebut akan sangat kecil jika dibandingkan dengan benda hidup. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hubungan antarpribadi seseorang. Jalaluddin Rakhmant (2004:79) mengidentfikasi empat faktor penting yang mempengaruhi kualitas interpersonal seseorang, yaitu persepsi interpersonal seseorang, konsep diri, atraksi interpersonal, serta hubungan interpersonal itu sendiri. Disamping itu, keterampilan seseorang dalam membangun komunikasi verbal dan non verbal juga memberikan pengaruh terhadap kualitas hubungan antarpribadi seseorang (Deddy Mulyana,2005). Sedangkan dalam dimensi emosionalitas, kecerdasan emosi seseorang justru memberikan pengaruh yang sangat besar, dibandingkan kecerdasan intelektual, terhadap keberhasilan seseorang dalam karirnya, termasuk keberhasilan sebagai seorang pemimpin. Untuk memberikan pemahaman lebih lanjut, pada bagian berikut akan dibahas sejumlah faktor di atas. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi interpersonal Faktor Situasional Deskripsi Verbal Deskripsi verbal merupakan gambaran umum yang muncul atau dimunculkan tentang seseorang melalui bahasa verbal. Sebagai contoh dan bahan latihan, berikan komentar Anda tentang dua susunan kalimat di bawah ini : Seseorang menceritakan pada anda bahwa calon istri anda adalah orang yang cerdas, rajin, lincah, kritis, tetapi agak keras kepala. Seseorang menceritakan pada anda bahwa calon istri anda adalah orang yang keras kepala, kritis, sekalipun cerdas, lincah, dan rajin. Pada rangkaian kalimat pertama anda akan memberikan pencitraan yang positif. Anda akan membayangkan calon istri anda adalah orang yang bahagia, humoris, dan mudah bergaul. Sementara itu, pada rangkaian kalimat kedua anda memiliki persepsi yang negatif tentang calon istri anda. Pengaruh kata pertama terkenal denganistilah primary effect. Bagi seorang pimpinan penggunaan primary effect ini menjadi sangat penting, karena kita akan senantiasa dihadapkan pada berbagai pernyataan dan pertanyaan yang tentu saja sangat beragam, baik kualitas isi maupun cara menyajikannya. Petunjuk Proksemik Proksemik merupakan studi tentang penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan, yang dilakukan oleh Edward T. Hall (Jalaluddin, 1986:104). Hall membagi jarak ke dalam empat corak, yaitu jarak publik, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab. Dalam konteks ini keakraban seseorang diindikasikan oleh seberapa dekat posisi orang itu dalam menyampaikan pesan. Bagaimana komentar anda terhadap beberapa contoh di bawah ini : Jika kita melihat seorang suami yang selalu membuat jarak dengan istrinya. Sedangkan pada kesempatan lain ia selalu kelihatan dekat dengan wanita lain. Jika anda seorang fasilitator didatangi oleh salah seorang peserta diklat, kemudian anda mempersilahkan mereka untuk duduk sementara anda tetap duduk pada kursi lebar anda dengan meja dihadapannya. Petunjuk Kinestik Petunjuk kinestik merupakan persepsi seseorang yang dilandasi oleh gerakan yang ditunjukkan oleh orang itu. Sebagai contoh jika anda menerima seorang tamu dan anda melihat tamu itu masuk dengan membungkuk, berjalan tertatih-tatih, kemudian duduk dengan tidak berani menatap anda. Bicaranya terpatah-patah, kedua telapak tangannya saling meremas, dan dirapatkan di atas kedua paha yang dirapatkan benar. Bagaimana pendapat anda tentang tamu itu ? Petunjuk Wajah Petunjuk wajah juga mempengaruhi persepsi interpersonal seseorang, kita dapat memperkirakan beratnya persoalan yang dialami seseorang dari cara orang itu menampakkan wajahnya, demikian pula jika kegembiraan yang diperoleh. Petunjuk Paralinguistik Paralinguistik adalah cara bagaimana orang mengucapkan lambang-lambang verbal, misalnya intonasi suara, tempo bicara, dan gaya verbal (dialek). Melalui petunjuk ini, orang yang suaranya keras, dapat dipersepsi sebagai satu bentuk kemarahan, dan orang dengan tempo bicara yang lambat, ragu-ragu, dan tersendat-sendat akan difahami sebagai ungkapan rendah diri atau kebodohan. Petunjuk Artifaktual Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan sejak potongan tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, tas, pangkat, bagde, dan atribut-atribut lainnya. Jika suatu saat kita menyenangi seseorang dan tiba-tiba kita membencinya, boleh jadi hal karena pengaruh faktor artifaktual ini. 2. Faktor Personal Disamping faktor situasional, faktor personal juga memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap persepsi interpersonal seseorang. Faktor personal yang dimaksud mencakup : Pengalaman Faktor pengalaman akan mempertajam seseorang membaca berbagai petunjuk kinestik. Jika anda seorang fasilitator yang berpengalaman, anda akan segera bisa menangkap apakah audience anda tertarik dengan penjelasan anda atau tidak. Jika ketidaktertarikan yang dimunculkan, maka anda harus segera mengubah strategi pembelajaran anda, misalnya dengan menyisipkan satu bentuk ice breaker atau sajikan satu kasus yang relevan dengan topik pembicaraan anda. Pada contoh lain, seorang ibu akan lebih mudah melihat hal-hal yang tidak beres yang terjadi pada anaknya dibandingkan bapaknya, karena itu lebih berpengalaman mengurisi hal-hal seperti ini. Motivasi Motivasi seseorang akan tampak dari seberapa besar usaha yang dilakukan orang itu dalam melakukan atau menyelesaikan pekerjaannya. Ketika kita melihat orang sukses, maka kita akan mempersepsi bahwa orang itu memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai kesuksesannya. Demikian pula sebaliknya, ketika kita melihat seorang pengemis, maka kita akan mempersepsinya sebagai individu yang malas dan tidak berjiwa usaha. Kepribadian Kepribadian merupakan karakteristik khas yang ada pada diri indiividu yang mempengaruhi persepsi interpersonal. Mekanisme pertahanan inidividu akan tampak dari karakteristik kepribadian ini, seseorang yang sangat defence terhadap pendapatnya, akan dipersepsi sebagai orang yang keras kepala atau mungkin teguh pendirian. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal orang itu. B. Konsep diri Konsep diri merupakan faktor lain yang sangat menentukan dalam membangun kualitas hubungan interpersonal. Seorang mahasiswa yang menganggap dirinya rajin, maka ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, dan mempelajari kuliah dengan sungguh-sungguh, agar memperoleh nilai akademis yang tinggi. Demikian pula dengan seorang pemimpin, jika ia menganggap dirinya sebagai pemimpin yang berwibawa, maka ia akan dengan sungguh-sungguh mengorganisasikan seluruh potensi yang ada serta meningkatkan mutu kinerjanya agar para pelanggan mendapat pelayanan terbaik. Orang yang memiliki konsep diri yang negatif, cenderung akan menghindari dialog terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi yang keliru. Orang seperti ini, sangat responsif terhadap pujian sekalipun mungkin ia berpura-pura, kadang-kadang ia merasa tidak diperhatikan, dan bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan. Sebaliknya orang yang memiliki konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, dan mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. C. Atraksi Interpersonal Atraksi interpersonal merupakan kecenderungan seseorang untuk menyukai, bersikap positif, dan tertarik pada seseorang atau sesuatu. Kecenderungan ini berkorelasi terhadap seberapa intens komunikasi interpersonal dapat dibangun diantara keduanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya atraksi interpersonal ini diantaranya : 1. Adanya kesamaan karakteristik personal Dimilikinya kesamaan karakteristik personal akan memungkinkan tumbuhnya komunikasi antarpribadi. Jika anda memiliki banyak kesamaan dengan teman bicara anda maka komunikasi akan berjalan lancar, misalnya adanya kesamaan dalam bidang olah raga, seni, atau mungkin almamater. Bagaimana jika anda seorang kepala sekolah ? Apa yang akan anda angkat sebagai bahan pembicaraan awal dengan lawan bicara anda ? Tekanan Emosional (Stress) Adanya tekanan emosi yang tinggi pada seseorang, cenderung akan melahirkan keinginan untuk mendapatkan perhatian, kehadiran, dan kasih sayang dari orang lain. Dalam hal ini, orang-orang yang pernah mengalmi penderitaan, bersama-sama akan membentuk kelompok yang bersolidaritas tinggi. Harga diri yang rendah Orang-orang yang memiliki atau merasa memiliki harga diri yang rendah, cenderung akan lebih responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Tidak jarang orang yang merasa harga dirinya direndahkan tumbuh keinginan untuk bergabung dan melakukan pembuktian terbalik terhadap anggaran orang lain tentang dirinya. Isolasi Sosial Ketika seseorang secara fisik dan psikis terpinggirkan atau terisolasi, cenderung akan lebih menyukai kehadiran orang lain yang dalam pandangannya akan memberikan kesempatan untuk berkomunikasi atau mendengarkan berbagai gagasannya. Dalam pandangan Gain-loss Theory (Jalaluddin, 2004:113), Elliot Aronson berpandangan bahwa seseorang cenderung lebih menyukai orang lain yang kesukaannya bertambah kepada kita dari pada orang yang kesukaannya tidak berubah (datar-datar saja) kepada kita. Misalnya ungkapan gsaya tidak menyangka, ternyata Anda memiliki banyak gagasan yang sangat brilian dalam bidang pendidikanh Adanya daya tarik fisik Daya tarik fisik sekalipun belum bisa digeneralisasikan, akan tetapi secara umum dan tidak tertulis dapat difahami olah masyarakat. Petunjuk artifaktual dalam banyak hal mengindikasikan daya tarik fisik, artinya cara anda berpenampilan sangat mempengaruhi komunikasi interpersonal ini. Bagaimana cara seorang kepala sekolah menampilkan dirinya akan mempengaruhi keberhasilan tugas yang diembannya. Pemberian Ganjaran Seseorang cenderung merasa senang jika diberi ganjaran, baik berupa bantuan, dorongan moral, pujian, atau hal-hal yang dapat mengangkat harga diri kita. Kondisi seperti ini menjadi sangat efektif bagi kepala sekolah atau bagi siapapun untuk memperlancar komunikasi antarpribadinya. Familiarity Familiarity merupakan satu bentuk kedekatan yang dirasakan seseorang dalam melakukan komunikasi. Jika seseorang sudah mengenal sebelumnya teman bicara, maka kecenderungan untuk semakin dekat dan lancar pembicaraan itu, akan semakin terbuka, kecuali ada hal-hal yang sebelumnya berseberangan. Oleh karena untuk mepercepat proses kedekatan ini, akan lebih efektif jika fasilitator membaca gambaran umum peserta diklat yang akan dihadapinya. Kedekatan Disamping familiarity, lancarnya komunikasi juga dipengaruhi oleh adanya unsur kedekatan. Misalnya kedekatan tempat tinggal, asal daerah, atau almamater. Jika seorang kepala sekolah pernal tinggal, atau pernah berkunjung ke suatu daerah, dan diantara perserta diklat tersebut ada yang berasal dari daerah itu, maka kondisi daerah yang dimaksud dapat dijadikan media untuk menciptakan kedekatan dalam rangka memperlancar komunikasi. Kemampuan Orang cenderung menyenangi orang lain yang dalam pandangannya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari orang itu, atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Kondisi seperti ini, akan menjadi bahan efektif sekaligus tantangan bagi kepala sekolah untuk menjawabnya. D. Hubungan Interpersonal komunikasi yang baik akan ditandai oleh dengan hubungan interpersonal yang baik. Dalam hal ini, ketika seseorang melakukan komunikasi, sesungguhnya tidak sekedar menyampaikan isi pesan, akan tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Pertanyaan : hSebutkan namamu!h, hSiapa nama Anda ?h, hBolehkah saya tahu nama Bapak ?h mengindikasikan kadar hubungan interpersonal seseorang. Dalam konteks ini, ada tiga faktor penting yang menentukan kadar kualitas hubungan interpersonal seseorang, yaitu : Percaya (trust) Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, faktor percaya adalah yang paling penting. Dalam hal ini, jika seseorang mempercayai orang lain, atau jika orang yang kita percaya dianggap tidak akan berkhianat, maka kita cenderung untuk bersikap lebih terbuka kepada orang lain. Banyak persoalan pribadi yang karena unsur kepercayaan ini dapat dibuka kepada orang yang dipercayanya. Tingkat kepercayaan seseorang kepada orang lain, akan sangat tergantung pada faktor personal dan situasional. Orang yang memiliki harga diri positif, cenderung lebih mempercayai orang lain. Sebaliknya orang dengan mempunyai kepribadian otoriter cenderung sukar mempercayai orang lain. Kepercayaan seseorang kepada orang lain, akan sangat diperngaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : Karakteristik dan maksud orang lain, dimana orang akan cenderung mempercayai orang lain yang dianggap memiliki kemampuan, keterampilan, atau pengalaman dalam bidang tertentu, termasuk reputasi yang disandang orang tersebut. Disamping itu, kepercayaan juga ditandai oleh persepsi seseorang terhadap maksud orang lain menjalin kerjasama dengan yang bersangkutan. Hubungan kekuasaan, artinya kepercayaan ini dibangun atas dasar kepatuhan seseorang terhadap orang lain yang memiliki kekuasaan. Dengan kata lain, seorang atasan akan cenderung mempercai stafnya yang tunduk dan patuh terhadap dirinya. Sifat dan kualitas komunikasi, artinya kepercayaan akan tumbuh jika komunikasi bersifat terbuka, maksud dan tujuannya sudah jelas, serta harapan-harapan sudah dinyatakan secara jelas. Sikap Suportif Sikap supertif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila yang besangkutan tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Dengan sikap seperti ini, dapat diprediksi bahwa kualitas hubungan interpersonal seseorang akan sangat rendah. Orang cenderung enggan melakukan kontak atau komunikasi secara intens dengan yang bersangkutan, karena orang-orang defensif lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam komunikasi dari pada memahami perasaan orang lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, atau bentuk lainnya) atau karena faktor-faktor situasional, seperti prilaku yang ditunjukkan orang lain. Jack R. Gibb (Jalaluddin, 2004:134) mengidentifikasi enam prilaku yang menimbulkan iklim defensif dan supertif, yaitu : Iklim Defensif Iklim Suportif 1. Evaluasi 2. Kontrol 3. Strategi 4. Netralitas 5. Superioritas 6. Kepastian 1. Deskripsi 2. Orientasi masalah 3. Spontanitas 4. Empati 5. Persamaan 6. Provisionalisme Evaluasi dan deskripsi Evaluasi artinya penilaian terhadap prestasi, kapasitas, nilai atau motif orang lain. Komunikasi yang banyak ditandai oleh aktifitas evaluatif cenderung memiliki kadar interpersonal yang sangat rendah, dibandingkan dengan komunikasi yang bersifat deskriptif. Kontrol dan orientasi masalah Komunikasi interpersonal yang ditandai hasrat untuk mengendalikan, mengubah sikap, pendapat, dan prilaku orang lain, akan memiliki derajat yang sangat rendah, karena hal tersebut mengindikasikan ketidakterimaan kita terhadap orang lain. Padahal syarat utama melakukan komunikasi secaa efektif adalah menerima orang lain apa adanya. Sebalikinya komunikasi yang fokus pada upaya pemecahan masalah akan lebih efektif sekaligus memberikan pengaruh terhadap intensitas interpersonal orang-orang yang terlibat didalamnya. Strategi dan spontanitas Strategi seringkali dimaknai sebagai sebuah cara yang kadang-kadang dalam berkomunikasi diindikasikan oleh sikap berpura-pura atau penggunaan berbagai trik untuk meyakinkan orang lain terhadap maksud-masud seseorang. Akibatnya jika orang lain tahu bahwa kita melakukan strategi atau trik dalam berkomunikasi, maka orang tersebut akan cenderung bersikap defensif. Berbeda dengan komunikasi yang dilandasi oleh spontanitas. Umumnya komunikasi dengan model seperti ini cenderung bersifat terbuka dan tidak ada beban. Netralitas dan Empati Netralitas memiliki makna impersonal, yaitu memperlakukan orang lain tidak sebagai pesona, melainkan sebagai objek.bersikap netral tidak berarti objektif, akan tetapi menunjukkan sikap acuh tak acuh, atau tidak menghiraukan perasaan dan pengalaman orang lain. Sebaliknya empati juga berupaya berada dan menempatkan pikiran dan perasaan kita bersama orang lain. Superioritas dan persamaan Hubungan interpersonal yang ditandai oleh sikap superior tidak akan berjalan secara efektif, karena pihak lain meras inferior. Kalaulah terjadi komunikasi diantara keduanya, dapat diprediksi bahwa orang lain yang menjalin hubungan memiliki maksud-maksud tertentu. Berbeda halnya dengan hubungan yang ditandai oleh adanya persamaan antara yang satu dengan yang lain. Kepastian dan provisionalisme Orang yang memiliki pandangan yang besifat kepastian, cenderung bersifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan melihat pandangannya sebagai kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat. Sementara orang dengan pandangan provisionalisme memiliki kesediaan untuk meninjau kembali pendapatnya, dengan sebuah proses penyadaran bahwa manusia adalah mahluk yang hilaf. Sikap terbuka Sikap terbuka memiliki pengaruh yang sangat besar terhaap komunikasi interpersonal yang efektif. Lawan dari sikap terbuka tentu saja sikap yang tertutup. Untuk memberikan gambaran berikut ini disajikan kedua konsep atau karakteristik diantara keduanya. Sikap terbuka Sikap tertutup 1. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika 2. Membedakan dengan mudah, melihat dengan nuansa, dsb 3. Berorietnasi pada isi 4. Mencari informasi dari berbagai sumber 5. Lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah pendapatnya 6. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian pendapatnya 1. Menilai pesan berdasarkan motif-motif pribadi 2. Berpikir simplistis, yaitu berpikir hitam putih tanpa nuansa 3. Bersandar lebih banyak pada sumber pesan dari pada isi pesan 4. Mencari informasi tentang pendapat atau pandangan orang lain dari sumbernya sendiri bukan dari sumber pendapat orang lain 5. Secara kaku mempertahankan dan memegang teguh pendapatnya. 6. Menolak, mengabaikan, mendistorsi pandangan yang tidak sesuai dengan pandangan atau pendapatnya Membandingkan kedua sikap di atas, dapat dipahami bahwa komunikasi interpersonal akan sangat sulit terbangun dengan orang-orang yang didominasi oleh sikap tertutup. Ketika sebuah pembicaraan banyak disoroti dari aspek motifnya, maka sesungguhnya kita kehilangan nuansa kedekatan dengan lawan bicara kita. Komunikasi menjadi tersendat, tidak spontan, dan tentu saja berdampak pada pembentukan jarak serta keenggananan orang melakukan komunikasi dengan kita. E. Komunikasi Verbal Keterampilan seseorang membangun hubungan antarpribadi yang efektif tidak akan terlepas dari kemampuan yang besangkutan dalam melakukan komunikasi verbal. Bahkan dapat dikatakan bahwa sebagai besar pesan seseorang disampingkan melalui media verbal ini. Arni Muhammad (2005:95) memahami komunikasi verbal sebagai komunikasi yang menggunakan symbol-simbol atau kata-kata , baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan. Komunikasi verbal merupakan karakteristikkhusus dari manusia, tidak ada mahluk lainyang dapat menyampaikan bermacam-macam arti melalui kata-kata. Kata dapat dimanipulasi untuk menyampaikan secara eksplisit sejumlah arti. Intonasi dan tempo bicara serta situasi dimana kata diucapkan, akan memberikan makna yang beragam. Pengunaan kata hhati-hati,h yang dicapkan dengan intonasi yang tinggi, akan bermakna lain jika kata yang sama diucapkan dengan intonasi yang datar-datar saja. Demikian halnya dengan penggunaan kata htolongh yang diucapkan dengan tempo cepat, berbeda makna dengan jika diucapkan dengan tempo yang lebih pelan. Kata-kata dapat menjadikan seseorang dapat menyatakan ide yang lengkap secara tepat. Kata-kata juga dapat menyampaikan gagasan melalui gelombang udara kepada orang banyak. Kata-kata juga dapat dibaca orang untuk beberapa menit atau untuk beberapa abad sesudahnya. Banyak orang menjadi penasaran terhadap isi dari kitab-kitab kuno, sebaliknya tidak sedikit orang mudah mengabaikan sejumlah pesan yang baru saja dibacanya. Pesan singkat melalaui telpon seluler misalnya, seringkali hanya diingat sesaat, dan sesuah itu mulai dihapus dan dilupakan Kemampuan menggunakan komunikasi verbal secara efektif sangatloah penting bagi seorang administrastor dan manejer, termasuk seorang kepala sekolah. Jika kemampuan seperti ini sangat lemah, maka berbagai pesan yang disampaikan seringkali menjadi terdistorsi oleh pihak-pihak yang menjadi perantara dari penyampaikan pesan tersebut. Oleh karena itu, tidak jarang sebuah pesan menjadi keliru hanya karena perantara penyampain pesan tersebut tidak dapat memahaminya secara lengkap. Komunikasi verbal dapat dibedakan menjadi komunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi lisan itu sendiri merupakan pada sebuah proses dimana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi prilaku penerima. Sementara itu, komunikasi tulisan merupakan penyampaian pesan yang dilakukan melalui penggunaan simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau media lainnya yang dapat dibaca orang lain. Dalam membangun hubungan antarpribadi, pengaruh komunikasi verbal sangatlah besar. Tidak jarang seseorang menjadi dekat dengan orang lain, hanya karena terkesan dengan tutur kata dan penggunaan bahasanya. Sebalinya tidak sedikit pula orang yang menjadi jauh bahkan bermusuhan hanya karena pengunaan bahasa lisan yang tidak berkenan oleh pihak penerima pesan. Pada bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa deskpripsi verbal memberikan pengaruh yang sangat besar untuk membangun kesan tentang objek yang digambarkannya. Pada umumnya orang lebih dapat menerima ketika kesan positif yang disampaikan tentang dirinya, dibandingkan jika kesan negatif yang yang ada pada dirinya. Hal ini tidak berarti kelemahan seseorang tidak perlu diberikan masukkan untuk perbaikan, akan tetapi cara menyampaikan masukkan atau perbaikan tersebut, perlu disampaikan dengan urutan yang diawali dengan citra positif. Misalnya, hSaya melihat kemampuan Anda dalam menggerakan sebuah organisasi sangat bagus, sekalipun untuk menyelesaikan masalah adminsitrasi Anda perlu banyak bantuan dari orang lain.h Ungkapan di atas cenderung lebih dapat diterima oleh lawan bicara kita, dibandingkan dengan ungkapan hKemampuan Anda mengelola adminsitrasi sangat lemah, sekalipun harus saya akui kemampuan Anda menggerakan sebuah organisasi cukup baik.h F. Komunikasi Non Verbal Komunikasi non verbal memiliki posisi dan kedudukan yang sama penting dengan komunikasi verbal, karena keduanya saling bekerjasama dalam proses komunikasi. Dalam hal ini, komunikasi verbal, khususnya komunikasi lisan disajikan tanpa diimbangi oleh komunikasi non verbal. Petunjuk-petunjuk kinestetik, seperti yang diungkapkan pada bagian terdahulu, merupakan indikasi dari pentingnya komunikasi non verbal dalam membangun hubungan interpersonal. Jika ungkapan lisan atau lisan dalam komunikasi verbal, dapat membuat seseorang menjadi dekat atau bermusuhan, maka komunikasi non verbal pun potensial untuk melakukan hal yang sama. Tidak jarang sebuah kelompok anak muda terlibat tawuran hanya karen persoalan telunjuk, dengan kelompok pemuda lainnya. Seorang pembicara dalam sebuah seminar, menjadi tidak bersemangat ketika melihat ekspresi wajah yang tidak bergairah dari para pesertanya. Jika komunikasi verbal banyak diwarnai dengan pagar atau sekat-sekat budaya dan daerah, komunikasi non berbal justru memiliki jangkauan yang lebih universal. Film hMr Beanh yang banyak mengusung komunikasi non verbal, lebih dapat dinikmati secara spontan dan luas oleh masyarakat dari berbagai belahan dunia dibandingkan dengan film keluarga hBill Cosbyh yang lebih mengedepankan komunikasi verbal, karena perlu di terjemahkan, sehingga tidak telalu spontan, kecuali oleh komunitasnya. Komunikasi non verbal dapat memberikan penekanan, pengulangan, melengkapu dan mengganti komunikasi verbal, sehingga lebih mudah ditafsirkan maksudnya. Arifin Muhammad (2005:130) memaknai komunikasi non verbal sebagai penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidal menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, kontak mata, ekspresi wajah, kedekatan jarak, dan sentuhan.tanda-tanda komunikasi non verbal belumlah dapat diidentifikasi seluruhnya, tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa cara kita duduk, berdiri, berjalan, berpakaian, semuanya menyampaikan informasi pada orang lain. Setiap gerakan yang dilakukan dapat menyatakan asal, sikap, kesehatan dan keadaan psikologis kita. Dalam hal in, arti dari suatu komunikasi verbal, dapat diperoleh melalui hubungan komunikasi verbal dan non verbal. Atau dengan kata lain, komunikasi verbal akan lebih mudah diinterpretasikan maskudnya dengan melihat tanda-tanda non verbal yang mengiringi komunikasi verbal tersebut. Komunikasi non verbal dapat memperkuat dan menyangkal pesan verbal. Komunikasi non verbal memiliki sejumlah fungsi,diantaranya : Pengulangan, yaitu menggunakan simbol-simbol yang biasa digunakan untuk menyatakan sebuah pesan, seperti menempelkan tulunjuk dibibir untuk menyampaikan pesan jangan ribut, menggunakan telunjuk atau tangan untuk menyatakan arah. Dalam budaya tertentu, pengguaan telunjuk dan ibu jari untuk menyatakan arah, sekaligus menunjukkan derajat komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Pelengkap, yaitu melengkapi komunikasi verbal untuk memberikan berbagai penekanan, atau sering disebut dengan gestur. Pengganti, yaitu mengganti pesan-pesan yang biasa disajikan secara verbal, seperti tanda lalu lintas, simbol-simbol larangan merokok, bahkan simbol-simbol yang menggambarkan keadaan hati seseorang. Dapat dibayangkan jika larangan merokok di berbagai tempat harus dinyatakan secara lisan. Dalam masyarakat Indonesia dan juga masyarakat dunia, penggunaan komunikasi non verbal dalam membangun hubungan interpersonal efektif, banyak digunakan, mengirimkan penganan atau cinderamata untuk menyatakan simpati, rasa senang, turut bergembira, telah banyak dilakukan. Bahkan kadang-kadang simbol-simbol seperti ini, lebih efektif jika dibandingkan dengan sekedar menggunan uang. Seorang kepala sekolah yang kebetulan mendapat tugas ke luar negeri atau luar daerah, akan mendapatkan kesan yang sangat mendalam, ketika memberikan gantungan kunci atau cendera mata lainnya, kepada guru dan personil di sekolah, dibandingkan dengan memberikan uang sebesar 1500 rupiah. Padahal jika diukur nilainya, harga sebuah gantungan kunci sama atau mungkin lebih murah dibandingkan nilai uang sebesar 1500 rupiah. Pada bagian lain, mengacungkan jempol kepada guru dan para siswa atas prestasinya juga mengindikasikan penghargaan seorang pimpinan sebuah sekolah. Seorang pimpinan juga dapat tampil sebagai sosok pembicara yang menyenagkan, jika mampu mengoptimalkan potensi bahasa non verbalnya dalam berkomunikasi dengan orang lain. G. Kecerdasan Emosional Aspek penting lain yang juga perlu diperhatikan dalam membangun hubungan antarpribadi yang efektif adalah dimiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Hasil-hasil peneltiian mengindikasikan bahwa 80 % keberhasilan seseorang lebih ditentukan oleh kecerdasan atau kualitas emosionalnya dari pada sekedar kecerdasan intelektual. Keberhasilan yang dimaksud, bukan ditentukan oleh tinggi rendahnya jabatan, atau besar kecilnya penghasilan, akan tetapi beroeirnatasi pada penghayatan dan komitmen terhadap karir yang dijalaninya. Istilah hkecerdasan emosionalh itu sendiri pertama kali dilontarkan pata tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of Hampshire (Shapiro, 1998:5) dan kemudian dipopulerkan oleh Daniel Goleman pada tahun 1995 dengan Emotional Intelligence nya. Kualitas-kualitas emosional itu sendiri dapat diidentifikasi sebagai berikut : Empati Mengungkapkan dan memahami perasaan Mengendalikan amarah Kemandirian Kemampuan menyesuaian diri Disukai Kemampuan memecahkan masalah antarpribadi Ketekukan Kesetiakawanan Keramahan Sikap hormat atau respek Menilik pada kualitas-kualitas emosi di atas, dapat dipahami jika kualitas interpersonal seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan emosinya. Empati, sebagai salah satu komponen penting dari kualitas emosi seseorang, mengindikan adanya kemampuan untuk merasa atau berpikir seperti yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain. Orang seperti ini mampu membaca apa yang sesungguhnya diharapkan orang lain. Sebagai contoh, seorang petugas parkir memahami betul apa yang dipikirkan dan diharapkan oleh pengendara kendaran, yaitu kemudakan mendapat tempat parkir yang aman dan nyaman. Ketika hal itu diterapkan maka sesungguhnya petughas parkir tadi telah mampu berempati terhadap orang lain. Seorang kepala sekolah yang empatik, sesungguhnya harus berpikir dan merasakan apa yang sesungguhnya dirasakan dan dipikirkan orang guru, staf, siswa, serta stakeholder lainnya dan bertindak sesuai dengan pemahaman, pemikiran, dan apa yang dirakakannya tersebut. Indikasi kedua dari kualitas emosi adalah kemampuan mengungkapkan dan memahami perasaan, khususnya perasaan-perasaan pribadinya. Seseorang yang sulit mengungkap perasaan, seperti perasaan senang, terkejut, atau kecewa, akan berdampak terjadinya tekanan pada diri individu, yang biasanya terindikasikan oleh prilaku verbal dan non verbal, yang tentu saja tidak sehat. Orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, juga mampu mengenalikan amarahnya. Kekecewaan terhadap prestasi kerja staf dapat disajikan dengan cara dan tindakan yang tetap terkendali. Seorang pimpinan dengan kebiasaan otoriter, emosional, sekalipun diikuti, tetap menyimpan bara dari anggota atau stafnya. Kemandirian, juga merupakan indikasi dari kualitas emosi seseorang. Orang dengan tingkat kecerdasan emosi yang tinggi cenderung tidak mau tergantung pada perasaan, kondisi, pemikiran orang lain, tetapi tetap melihat segalanya secara proporsional dan tidak terbawa arus. Kemandirian seperti ini didukung oleh indikasi-indikasi yang lain dari kualitas emosional, seperti kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi. Orang dengan kualitas emosi yang tinggi, tidak khawatir jika mendapat tugas di daerah yang mungkin belum terbayangkan sebelumnya. Indikasi lainnya, adalah disukai. Orang dengan kualitas emosional yang baik, cenderung akan disaikai oleh orang lain dibandingkan dengan orang yang memiliki kualitas emosional yang kurang baik. Disamping itu, orang dengan kualitas emosi yang baik juga mampu memecahkan berbagai permasalahan interpersonal, seperti gesekan atau perbedaan pendapat dengan kolega atau masyarakat. Orang dengan kualitas emosi yang baik, juga berwatak setiakawan, tekun, ramah, dan respek terhadap orang lain. Latihan 1 Berilah kesan/komentar anda terhadap beberapa pernyataan atau contoh kasus yang disajikan di samping kiri. Kesan/komentar anda hendaknya bersifat spontan, artinya secepat anda membaca secepat itu kesan/komentar dikemukakan. Ikutilah aba-aba yang diberikan oleh instruktur. No Pernyataan/Contoh kasus Kesan/Komentar anda 1. Gagasan dan rencana yang ada dalam proposal Ibu cukup bagus, sekalipun cara penuangannya belum terstruktur. 2 Teknik penulisan proposal Ibu kurang terstruktur, sekalipun saya melihat gagasan dan rencananya cukup bagus. 3. Sepasang suami istri yang tidak mau duduk berdekatan 4. Seorang kepala sekolah yang tidak mau duduk berdekatan dengan para gurunya 5 . Seorang profesor yang selalu membuka pintu ruang kantornya 6. Seorang tamu yang duduk dengan meremas-remaskan tangannya. 7. Seorang peserta diklat yang lambat, ragu-ragu dan tersendat-sendat dalam mengemukakan pendapat. 8. Seseorang yang berbicara dengan intonasi suara yang tinggi 9. Seseorang yang mengenakan warna baju tidak serasi. Latihan 2 Isilah kolom yang tersedia di sebelah kanan, sesuai dengan pendapat dan kondisi anda. No Pertanyaan Pendapat Anda 1 Apa yang membuat anda yakin bahwa anda mampu mengatasi masalah pada saat menjadi pimpinan ? 2 Apa yang membuat anda merasa setaraf dengan orang lain ? 3 Apa yang membuat anda merasa tidak malu jika mendapat pujian ? 4 Sifat-sifat apa yang ada pada diri anda, yang anda merasa sifat itu kurang disukai teman-teman ? 5 Jika anda enggan melakukan dialog terbuka, apa yang menjadi alasan anda ? 6. Jika hanya anda yang berbeda pendapatnya, apa yang membuat anda tetap mempertahankan pendapat itu ? 7. Jika dalam suatu pertemuan orang lain tidak memperhatikan anda, apa yang biasanya anda lakukan ? 8. Apa yang anda rasakan dan ingin dilakukan jika ada diantara staf anda yang selalu berseberangan pendapat atau pandangannya dengan anda ? 9. Diantara sejumlah kemampuan yang anda miliki, kemampuan apa yang paling anda andalkan untuk memperbaiki kekeliruan yang mungkin pernah anda lakukan ? Latihan 3 Pada tabel di bawah ini, kemukakanlah tiga sikap, kebiasaan, atau prilaku atasan Anda yang kurang Anda sukai ketika Anda berdiskusi, konsultasi, atau berdialog, dengan atasan Anda terse Pada tabel di bawah ini, kemukakanlah tiga sikap, kebiasaan, atau prilaku Anda yang menurut Anda kurang produktif atau tidak Anda harapkan, ketika Anda berdiskusi, konsultasi, atau berdialog, dengan pihak lain, baik atasan, bawahan, atau relasi Anda. Daftar Pustaka Dahlan, M.D. (1987), Latihan Keterampilan Konseling ? Seni Memberikan Bantuan, Jakarta :Depdikbud Jalaluddin Rakhmat, (2004), Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Roda Karya Muhammad, Arifin. (2005). Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara Mulyana, Deddy. (2005). Ikmu Komunikasi ? Sebuah Pengantar, Bandung : PT Remaja Roda Karya Nurudin. (2004). Komunikasi Masa, Malang: CESPUR Ramly, Teungku Amir, Erlin Trisyulianti. (2006). Memompa Teknik Pengajaran menjadi Guru Kaya, Jakarta: PT. Kawan Pustaka Shapiro, E. Laurence. (1998). Mengajarkan emotional Intelligence pada Anak, Jakarta: PT Gramed (Structuring Concept)

0 opmerkings:

Plaas 'n opmerking